JAMBI, AksesJambi.com – Badan Restorasi Gambut (BRG) melaksanakan pelatihan edukasi perlindungan gambut untuk siswa SD atau sederajat dan masyarakat yang merupakan program tahunan kedua dilaksanakan oleh 7 Provinsi se Indonesia kawasan gambut, Rabu(11/07/2018).
BRG merupakan program yang berdasarkan Kepres Nomor 01 Tahun 2016 guna untuk memelihara dan melindungi kawasan gambut serta meningkatkan fungsi pemanfaatan kawasan. Hanya saja program ini akan berakhir pada tahun 2020 nanti atau lebih kurang cuma 4 tahun berjalan.
Didalam pelatihan tersebut diikuti oleh guru-guru SD karena edukasi tersebut ditujukan kepada siswa SD sebab melalui guru maka diupayakan bisa masuk terhadap siswa di wilayah masing-masing.
Apabila diberikan edukasi dan pelatihan kepada guru SD dan ditularkan kepada anak didik kita mulai sejak usia dini, mudah-mudahan bermanfaat, karena nantinya lingkungan mereka adalah ekosistem gambut.
“Apabila mereka bermain dan melihat kejadian ada yang membakar kawasan ekosistem gambut, anak-anak ini sudah tahu akibat dampak kebakaran hutan yang secara kesehatan dan lingkungan tidak baik bagi mereka,” jelas Sekretaris daerah M.Dianto sekaligus ketua BRGD Provinsi Jambi.
Deputi III Suwinya Utama BRG juga mengatakan pelatihan ini mengajarkan kepada guru bagaimana memasukan pembelajaran ekosistem gambut didalam pelajaran anak-anak SD.
“Kurikulum mereka tetap, tetapi materi-materi ini bisa masuk melalui permainan dengan menggunakan alat perga. Nanti kita akan berikan alat perga perunit untuk satu sekolah di wilayah gambut,” jelas Suwinya.
Kegiatan ini akan direncanakan setiap tahun menjelang berakhirnya program selagi ada anggaran. Pada tahun 2017 sudah dilakukan sebanyak 70 desa gambut di 6 provinsi yang masing-masing sekolah diambil empat orang guru dan 2018 sebanyak 75 desa gambut dengan sekolah 2 orang guru.
“Untuk kegiatan BRG, aspek edukasi tetap karena salah satu fungsi edukasi dan sosialisasi. Salah satu segmennya adalah yang SD. Kalau untuk mahasiswa ada lagi seperti road show dan sebagainya. Serta untuk petani iyalah sekolah lapang,” pungkasnya.
(Alpin)