JAMBI, AksesNews – Sebagai guru yang bertugas di daerah pedesaan, bahkan di wilayah perbatasan Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Sarolangun, Ratih Hermiyati menghadapi tantangan tersendiri mengajar Matematika di SMPN 10 Batang Hari di masa pandemi Covid-19.
Untuk menuju sekolahnya, Ratih membutuhkan waktu Empat jam perjalanan. Dua jam untuk perjalanan berangkat dan dua jam untuk perjalanan pulang. Itu dilakukannya setiap hari sebelum belajar dari rumah karena pandemi Covid-19.
Setiap jam 5 pagi, ia sudah harus bersiap menunggu mobil travel di Simpang Rimbo Jambi menuju Muara Tembesi Batang Hari. Lalu ia berganti mobil tambang ke arah sekolahnya di jalan menuju Sarolangun.
Menurut perempuan berusia 45 tahun ini, apa yang dijalaninya adalah keikhlasan dan sebagai bentuk tanggung jawab dalam memberikan pendidikan untuk anak-anak di daerah.
Walaupun ada keterbatasan sarana alat komunikasi, pembelajaran harus terus berjalan. Ratih tetap berusaha menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dengan siswa.
Ratih memanfaatkan group Facebook Batanghari Belajar di Rumah (BBDR). Ia memanfaatkan forum belajar bersama di FB Live BBDR yang diinisiai oleh Fasilitator Pembelajaran Tanoto Foundation.
Setiap hari di BBDR, ada guru yang secara bergantian memandu pembelajaran live selama satu jam. Setiap selesai pembelajaran, ada penugasan dari guru yang ditindaklanjuti melalui WhatsApp group. Tugas yang telah diselesaikan siswa dikirimkan dalam bentuk foto atau video.
“Meskipun sinyal agak susah, dan ada siswa yang tidak punya HP, tetapi mereka masih bisa diajak dalam pembelajaran jarak jauh. Yang tidak punya HP bisa menitipkan tugas yang dikerjakan kepada temannya untuk difoto dan dikirimkan via WA ke saya atau di posting di FB BBDR,” ujar Ratih.
Pembelajaran jarak jauh harus menantang dan menarik bagi siswa. Ia memberi penugasan seminggu sekali yang mendorong kreativitas siswa. Misalnya dalam belajar skala. Ratih tidak membahas rumus dan soal-soal tentang skala atau perbandingan.
Ia meminta siswanya praktik menerapkan materi ini dengan membuat miniatur rumah atau bangunan dengan menggunakan skala. Siswa diminta menyiapkan alat dan bahan yang tersedia di rumah, seperti gunting, cutter, penggaris, pulpen, pensil, kardus atau kertas karton, dan lem.
Siswa ditugaskan membuat denah rumah yang diinginkan. Mereka juga membuat miniatur rumah sesuai dengan denah yang dibuat. Siswa diarahkan untuk membuat skala 1: 100 agar lebih mudah membuat denahnya. Skala 1:100 artinya jarak 1 cm pada denah mewakili 100 cm jarak sebenarnya.
Dalam proses pengukuran, siswa mengukur rumahnya sendiri dengan dibantu keluarganya di rumah. Mereka mengukur bagian dalam, bagian halaman, dan luas seluruh rumah.
“Dengan pembelajaran ini, siswa bisa mempraktikkan konsep kesebangunan rumah, perbandingan senilai, pengukuran, dan bangun ruang sisi datar,” ujar Ratih.
Setelah mendapatkan ukuran rumahnya, siswa menerapkan konsep kesebangunan dengan menggambar denah dan miniatur rumah. Mereka menggunakan skala 1:100.
Berdasar gambar dan ukuran yang sudah dibuat, siswa membuat miniatur rumahnya. Setelah jadi mereka mempostingnya di grup Facebook BBDR atau mengirimkan ke WA guru.
Siswa merasa senang dengan pembelajaran yang langsung berpraktik ini. ”Ibu Ratih kalau memberikan pembelajaran online rinci dan jelas. Kami jadi terbantu untuk memahami tugas lanjutan di rumah. Seperti membuat miniatur rumah ini untuk praktik penerapan skala,” ujar Ocha Fitria, siswa kelas VII.
Upaya guru seperti Ratih, merupakan lanjutan perjuangan Kartini di masa kini untuk mencerdaskan anak bangsa. Ratih tentu perlu didukung dalam upayanya menyediakan pembelajaran berkualitas. Selamat Hari Kartini. (TeamAJ)