JAMBI, AksesNews – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jambi bersama Google News Initiative (GNI), dan sejumlah lembaga terkait lainnya, menggelar training literasi digital untuk kaum akademisi dan jurnalis di Jambi. Pelatihan ini diselenggarakan untuk peningkatan kapasitas dalam pencegahan penyebaran informasi hoaks di tengah masyarakat.
Selain didukung AJI Indonesia dan Google News Initiative, pelatihan in didukung oleh sejumlah lembaga; Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Cek Fakta, dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo).
Pelatihan ini digelar selama dua hari, yakni pada tanggal 26 hingga 27 November 2022. Sejumlah jurnalis dari sejumlah media siber, media cetak, dan media televisi di Jambi, menjadi peserta dalam pelatihan ini
“Ada 20 orang dari kalangan akademisi dan 5 orang jurnalis,” kata Ketua AJI Jambi, Ahmad Riki Sufrian, saat membuka kegiatan pelatihan yang digelar di Rumah Kito, Sabtu (26/11/2022).
Pelatihan literasi digital ini, ujar Riki, digelar secara maraton di berbagai kota. Kota Jambi sendiri menjadi kota terakhir yang menggelar pelatihan.
“Kami berterima kasih kepada peserta training, dan peserta ini telah melalui seleksi karena sebelumnya banyak yang ingin mengikuti,” ujar Riki.
Adapun akademisi yang ikut dalam training literasi digital di Kota Jambi ini berasal dari UIN STS Jambi, Universitas Jambi, Universitas Batanghari Jambi, IAIMA, STAI An-Nadwah, dan UNH Jambi. Berbagai kampus di Jambi itu memiliki program studi komunikasi dan konsentrasi mata kuliah jurnalistik.
Riki menjelaskan pelatihan ini dilatari oleh perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini. Kondisi tersebut turut mempengaruhi banjirnya informasi hoaks yang beredar di tengah masyarakat.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan digital saat ini, celakanya tidak diimbangi dengan kemampuan mengidentifikasi misinformasi dan disinformasi atau berita palsu.
Literasi digital yang digelar ini, kata Riki, merupakan salah satu cara AJI untuk memerangi hoaks. Dengan literasi digital bisa membantu untuk berpikir kritis dan cakap menggunakan media digital.
“AJI sebagai organisasi profesi jurnalis, perlu hadir untuk memerangi hoaks. Selain jurnalis, kami juga menilai akademisi sangat berperan dalam memerangi hoaks ini,” ujar Riki.
Salah satu Trainer Google News Initiative (GNI), Heru Margianto, mengatakan bahwa pelatihan bagi akademisi dan jurnalis ini bertujuan untuk memperluas kemampuan literasi digital secara luas.
Pelatihan kali ini memang diperuntukan bagi akademisi, khususnya dosen yang mengampu mata kuliah ilmu komunikasi dan jurnalistik.
Akademisi, termasuk dosen dan juga jurnalis, kata Heru, mempunyai peran sangat penting dalam menyebarkan kemampuan literasi kepada masyarakat sebagai gerakan melawan hoaks.
“Kami akan sangat senang modul atau materi literasi digital yang telah dibuat AJI menjadi bahan ajar bagi mahasiswa dan bisa disisipkan dalam mata kuliah yang diampu oleh dosen, terutama soal jurnalistik dan komunikasi,” kata Embong–begitu sapaan akrab Heru Margianto. (Msa)