SUMUT, AksesJambi.com – Syahrul Irwan, mungkin tak pernah mengira dia mesti hidup dalam gubuk bambu berbalut spanduk di pinggir jalan di usia senjanya. Tapi inilah jalan hidup Syahrul Irwan, pria 61 tahun, yang harus berbagi tempat tidur dengan kucing, tikus, hingga kecoa.
Di gubuk itu, Syahrul tidak bisa banyak bergerak karena sakit yang dideritanya. Untuk beraktivitas di gubuk itu, dia pun hanya mengandalkan sedikit cahaya dari lampu jalan. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam gubuk kecil memaksa Syahrul berbagi tempat tidur bersama binatang yang kerap menggigitnya.
“Beginilah dek. Kalau saya tidur ada aja binatang masuk ke sini seperti, tikus, kucing dan kecoa. Kadang tikus itu pun digigitnya tangan saya makanya luka begini,” ungkap Syahrul saat ditemui, kemarin.
Syahrul Irwan diketahui mengalami stroke sejak dua tahun terakhir. Setelah sakit itu, dia mengaku tidak diperdulikan keluarganya. Kini dia harus tinggal sendiri di sebuah gubuk terbuat dari susunan bambu dan spanduk buatan warga di Jalan Banteng, Setia Luhur, Kelurahan Dwi Kora, Medan Helvetia. Untuk tidur beralaskan tikar plastik tanpa bantal maupun selimut. Kalau soal makan, sudah pasti Syahrul lebih sering kelaparan.
“Selama bulan Ramadan ini, makanan berbuka dan sahur saya dapatkan dari bantuan warga sekitar yang mengetahui keberadaan saya di sini,” kata Syahrul.
Menurutnya, jika tidak ada warga yang memberinya makan, dia terpaksa menahan lapar itu sendiri. Bahkan, dia pernah sampai tidak makan selama tiga hari. Begitupun, Syahrul tak mengapa. Dia mengaku masih bersyukur dengan keadaan yang dialaminya. Meski hidup dengan segala keterbatasan yang ia miliki, dia senantiasa berdoa.
“Saya selalu bilang kepada Sang Khalik, Ya Allah terimakasih atas pertolongan-Mu. Saya terharu, masih ada orang-orang baik yang mau menolong orang seperti saya ini. Saya doakan semoga Allah SWT. senantiasa menolong dan melancarkan rezeki orang-orang yang dengan ringan menolong saya yang seperti ini,” ungkapnya.
Saat mengucapkan itu, air mata terlihat mengalir di kulit pipinya yang mulai mengendur. Syahrul terlihat rapuh, tapi dia tetap mampu bersyukur. Saat ini, Syahrul mengaku punya kekhawatiran tambahan. Sebab lokasi gubuknya berada, sedang dibangun kompleks rumah toko (ruko). Dia mengharapkan ada tempat tinggal lain untuk tempatnya berisitirahat walau hanya seukuran badan. Karena jika bangunan itu selesai, sudah pasti dia akan diminta pindah dari sana.
“Saya inginnya kalau bisa dibangunkan tempat tinggal baru. Tidak usah sebesar ini, cukup sebesar badan saya pun jadi. Yang penting saya ada tempat tinggal. Saya berdoa semoga ada pihak yang mendengar ingin saya ini,” ujar Syahrul.(*)
Penulis: Tri Ayu Andani Nasution, Mahasiswa Semester VI Jurnalistik, IKom UINSU.
SUMBER: akses.co