JAMBI, AksesNews – Dalam rangka Diskusi Panel Potensi Ekonomi dan Keuangan Syariah, Bank Indonesia (BI) Provinsi Jambi menggelar Forum Ekonomi dan Bisnis Jambi Semester II 2023, di Ruang Kajang Lako, KPw BI Provinsi Jambi, Selasa (31/10/2023).
Kegiatan tersebut dipandu oleh Moderator ISEI Dr. H. Rafiqi, MA yang diisi oleh narasumber pertama Sekretaris ISEI Dr. Fitriaty, SE, MM dengan topik Potensi dan inovasi pengembangan ekonomi syariah. Selanjutnya, narasumber kedua Direktur Eksekutif KDEKS – Prof. Dr. H. Amri Amir, SE, MS dengan topik yang dibawakan Rancangan model pengembangan ekonomi syariah terintegrasi berbasis potensi daerah.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Perwakilan BI Provinsi Jambi, Hermanto menyampaikan rilis Laporan Perekonomian Provinsi Jambi triwulan II 2023, outlook perekonomian triwulan III 2023 dan keseluruhan tahun 2023 dan 2024, serta diseminasi 6 (enam) inovasi kebijakan Bank Indonesia.
Pada triwulan II 2023, PDRB Provinsi Jambi tercatat tumbuh sebesar 4,86% (yoy), melambat dibandingkan triwulan I 2023 yang tercatat tumbuh 5,00% (yoy). Melambatnya kinerja PDRB Provinsi Jambi dipengaruhi antara lain oleh perlambatan ekonomi global yang menahan permintaan komoditas unggulan, serta belum kembali pulihnya kinerja 2 LU utama.
“Jika dilihat berdasarkan Lapangan Usaha, LU Jasa Perusahaan tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu 15,86% (yoy). Meningkatnya kinerja LU Jasa Perusahaan didukung meningkatnya permintaan pariwisata dan umrah seiring dengan penghapusan PPKM. Selanjutnya, berdasarkan Kelompok Pengeluaran, permintaan domestik menjadi penopang kinerja PDRB Provinsi Jambi di Tengah tekanan dinamika eksternal. Hal tersebut, tercermin dari kinerja positif Konsumsi RT dan Konsumsi Pemerintah,” jelasnya.
Berdasarkan 5 LU utama penopang pertumbuhan ekonomi Jambi, LU Pertanian tercatat terakselerasi didukung oleh terjaganya produktivitas kelapa sawit seiring berakhirnya musim trek. Sejalan dengan LU Pertanian, LU Konstruksi juga tercatat terakselerasi didukung berlanjutnya berbagai proyek infrastruktur termasuk dimulainya pengerjaan Stadion Pijoan sejalan dengan pola musiman realisasi belanja modal pemerintah yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.
Adapun LU Perdagangan masih menunjukkan tren Pertumbuhan positif didukung oleh terjaganya aktivitas ekonomi domestik. Sementara itu, cenderung rendahnya harga batubara dan CPO di pasar global menahan kinerja LU Pertambangan dan Industri Pengolahan yang tercatat terkontraksi. Rendahnya harga batubara di pasar internasional disebabkan oleh lambatnya pemulihan ekonomi Tiongkok yang turut menekan permintaan energi.
Merujuk rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) Badan Pusat Statistik (BPS), secara bulanan IHK gabungan Kota Jambi dan Kabupaten Bungo pada Bulan September 2023 mengalami inflasi sebesar 0,40% (mtm). Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan Agustus 2023 yang tercatat deflasi sebesar 0,44% (mtm). Nilai tersebut juga lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,19% (mtm).
“Berdasarkan realisasi tersebut, inflasi tahunan gabungan Kota Jambi dan Kabupaten Bungo tercatat sebesar 1,70% (yoy) atau menempati peringkat ke 31 dari 34 provinsi (posisi terendah ke-4),” sebutnya.
Secara bulanan, inflasi gabungan kota di Provinsi Jambi disumbangkan oleh Kota Jambi dan Kabupaten Bungo yang masing-masing mengalami inflasi 0,41% (mtm) dan 0,35% (mtm). Sejalan dengan hal tersebut, inflasi tahunan gabungan 2 Kota di Provinsi Jambi turut didorong oleh inflasi di Kota Jambi sebesar 1,78% (yoy) yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya sebesar 1,92% (yoy), serta Kabupaten Bungo yang tercatat inflasi sebesar 1,17% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 1,93% (yoy).
“Berdasarkan realisasi tersebut, Kota Jambi dan Kabupaten Bungo masing-masing menempati peringkat ke-79 dan ke-88 dari 90 Kota/Kabupaten penghitungan IHK se-Indonesia,” ungkapnya.
Berdasarkan hasil pemetaan kuadran rerata andil inflasi (mtm) dan frekuensi 10 besar komoditas penyumbang inflasi dalam 3 tahun terakhir, Sebagian besar komoditas yang memberikan andil terbesar dan paling sering muncul menjadi 10 penyumbang inflasi terbesar berasal dari kelompok volatile foods.
Menurutnya, perhatian dan sinergi kebijakan pengendalian inflasi perlu diarahkan pada komoditas cabai merah, minyak goreng, angkutan udara, beras, daging ayam ras, dan bawang merah. (KHO/*)