Beranda Akses Lansia di Sektor Pertanian

Lansia di Sektor Pertanian

Lansia di Sektor Pertanian Oleh Sisilia Nurteta
FOTO: Penulis/Sisilia Nurteta, S.ST, M.Si

JAMBI, AksesNews – Penduduk Provinsi Jambi terus mengalami peningkatan, demikian juga halnya dengan penduduk lansia. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah lansia di Provinsi Jambi pada tahun 2017 mencapai 7,56 persen dari total seluruh penduduk.

Angka tersebut terus mengalami peningkatan, bahkan pada tahun 2026 nanti diproyeksikan Provinsi Jambi sudah memasuki struktur penduduk tua karena proporsi penduduk usia lansia sudah mencapai 10 persen. Dengan kondisi Provinsi Jambi yang mulai memasuki struktur penduduk menuju tua, menandakan bahwa Provinsi Jambi perlu memikirkan pembangunan dengan mempertimbangkan faktor kelanjutusiaan.

Banyaknya penduduk lansia dapat menjadi potensi bagi Provinsi Jambi. Namun, hal ini hanya akan terjadi jika lansia tersebut dalam keadaan sehat, tangguh dan produktif. Karena jika tidak, maka lansia tersebut dapat menjadi beban dalam perekonomian. Meski demikian, tidak semua lansia menjadi beban bagi keluarga. Ada juga lansia yang masih produktif. Hal ini banyak ditemukan di pedesaan, banyak lansia di desa yang masih aktif bekerja, dimana terbanyak adalah di sektor pertanian.

Hasil data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2017 menyatakan bahwa penduduk lansia terbanyak adalah di sektor pertanian yaitu sebanyak 70,08 persen, dimana sebagian besarnya adalah mereka yang bertempat tinggal di daerah pedesaan dengan rata-rata tingkat pendidikan adalah SD kebawah. Sedangkan proporsi jumlah lansia laki-laki dan perempuan yang bekerja di sektor pertanian, didominasi laki-laki sebanyak 67 persen.

Jumlah penduduk lansia yang masih bekerja ini bisa dipandang bahwa mereka masih mampu bekerja tapi juga bisa bermakna bahwa tingkat kesejahteraan lansia masih rendah sehingga mereka terpaksa harus bekerja menghidupi diri dan keluarganya. Keadaan ini adalah karena penduduk usia produktif banyak yang telah pindah ke kota untuk mencari pekerjaan lain.

Sakernas 2017 mencatat bahwa usia muda yaitu usia 15-29 tahun, sebagian besar merupakan pekerja di sektor perdagangan, rumah makan dan hotel. Dimana komposisi terbesar adalah yang tinggal didaerah perkotaan, dengan jumlah laki-laki dan perempuan yang berimbang.

Sektor pertanian adalah sektor yang tidak bisa dipandang sebelah mata dalam peranannya membangun ketahanan bangsa. Sektor ini merupakan sektor yang berperan besar dalam perekonomian penduduk Indonesia, terutama karena sektor pertanian menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu, sektor ini juga merupakan sektor yang paling tahan menghadapi krisis dan tetap tumbuh positif pada saat krisis melanda Indonesia.

Namun sebaliknya, sektor pertanian kurang mendapat banyak perhatian walaupun selalu mendapat banyak tuntutan. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2011-2014 yang dilakukan BPS, menunjukkan bahwa rumah tangga miskin di Indonesia memiliki sumber pendapatan utama yang berasal dari sektor pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

Naiknya harga berbagai bahan pangan dalam kenyataannya tidak membawa keuntungan bagi petani. Nilai tambah terbesar dari meningkatnya harga bahan pangan ternyata terjadi pada kelompok pedagang dan bukan pada kelompok petani. Seperti tanaman padi dengan beras adalah hasil produksinya, ternyata yang paling banyak mengambil keuntungan dalam rantai perdagangan beras adalah pengusaha penggilingan padi, pedagang besar dan pedagang pengecer.

Bahkan, petani adalah pihak yang paling banyak menjadi penerima beras Raskin. Kondisi ini sangat ironis, karena petani yang menanam tapi justru hanya mampu menikmati beras yang rendah kualitasnya. Sehingga wajar saja jika jumlah petani semakin sedikit, petaninya tetap miskin, lahan makin sempit, dan impor bahan pangan makin melejit.

Kondisi diatas, mengakibatkan sektor pertanian menjadi sektor yang kurang menjanjikan. Karenanya penduduk usia muda banyak yang pergi meninggalkan tempat tinggal mereka untuk mencari pekerjaan lain yang lebih besar pendapatannya daripada menjadi petani. Semestinya, kelompok petani usia tua akan digantikan oleh kelompok usia muda.

Namun, karena penduduk usia muda kurang berminat di sektor ini, menyebabkan penduduk usia tua masih harus bekerja di pertanian. Untuk meningkatkan partisipasi penduduk usia muda di pertanian, dibutuhkan campur tangan dari pemerintah supaya dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Sehingga diharapkan menimbulkan daya tarik tersendiri bagi penduduk usia muda untuk beralih ke sektor pertanian.

Jumlah penduduk Provinsi Jambi diproyeksikan akan menjadi 3,97 juta pada tahun 2026, yaitu pada saat Provinsi Jambi mulai memasuki struktur penduduk usia tua. Dengan 65,98 persen penduduk usia produktif yang akan menanggung penduduk anak-anak dan lansia.

Dalam situasi ini, masalah pangan merupakan masalah yang wajib dipenuhi secara bersama-sama oleh negara dan masyarakatnya, karena merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Karenanya perlu dipikirkan cara yang lebih efektif agar pemenuhan akan kebutuhan pangan yang semakin besar di masa depan dapat terjamin.

Salah satu caranya adalah membuat desain pembangunan pertanian jangka panjang yaitu menggunakan teknologi informasi yang semakin canggih, yang diharapkan dapat menarik penduduk usia muda untuk memasuki sektor pertanian. (*)

Oleh: Sisilia Nurteta, S.ST, M.Si
*Fungsional Statistisi Ahli Madya, Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi