TEBO, AksesJambi.com – WWF Indonesia perwakilan Jambi mengajarkan para Kelompok Wanita Tani (KWT) menanam jahe merah dan WWF juga menyediakan bibitnya. Dalam Kelompok tersebut, WWF juga memberikan setiap anggota bibit jahe, satu orangnya sebanyak 10 kg.
Sofwan Fasilitator Sustainable Livelihood mengatakan, setelah dikasih 10 kg, para KWT ini menanam jahe di 3 lokasi, yaitu di lahan kebun karet, di perkarang rumah dan lahan kelompok itu sendiri.
Selama sembilan bulan, KWT sudah memanen jahe merah dan diajarkan untuk pelatihan, dari bibit, penyemaian, penanaman hingga memproduksi.
“Kita latih mereka sampai menjelang produksi, kita undang dari dataran ibu-ibu untuk dilatih dan mengolah jahe menjadi produk turunan,” kata Sofwa, Selasa (26/11/2019).
Untuk saat ini, sebagai kelompak wanita tani di Desa Muaro Sekalo, kabupaten Tebo sudah memproduksi wedang yang ke-4.
“Ini adalah produksi wedang yang keempat. Di setiap produksi itu sudah menghasilkan, di jual, dipasarkan, dan kalau ada pameran kita ikuti,” kata Sofwan.
Sofwan juga menambahkan, Wedang jahe ini cukup menguntungkan dan menghasilkan dan menambah pemasukan di kelompok Wanita Tani tersebut. Dan kelompok Wanita Tani ini sudah membudidayakan bibit itu sendiri.
“Mereka sudah mengembangkan bibit yang kita kasih dulu, sekarang mereka bisa menanam lagi dilahan kelompok dengan luar setengah hektar lahan,” kata Sofwan.
Sofwan juga mengatakan, masyarakat yang diluar kelompok wanita tani antusias dengan adanya produk wedang ini, karena wedang jahe ini selain di jual dan juga bisa diolah.
“Alhamdulillah, dengan adanya Kelompok ini masyarakat yang diluar kelompok sudah ikut untuk menanam jahe tersebut,” pungkasnya.
Endang selaku Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Bukit Siguntang Lestari, Desa Muaro Sekalo mengatakan, mereka mulai menanam jahe tersebut muluai sejak Desember 2018 dengan setengah hektar lahan.
“Setiap anggota diberi 10 kg bibit, itu disarankan ditanamkan, di perkarang karet, diperkarangan rumah dan di lahan kelompok. Dari 10 kilo bisa mencapai 18 kilo, yang 18 kilo ini sudah menjadi serbuk dan dijual 100 gramnya itu 10 ribu,” ucap Endang. (Cok)