Beranda Akses Problematika Batubara dari Pembangunan Jalur Khusus hingga Kenaikan Harga BBM

Problematika Batubara dari Pembangunan Jalur Khusus hingga Kenaikan Harga BBM

Ketua KNPI Provinsi Jambi, M. Iqbal Linus saat diwawancarai awak media. Foto: instagram @iqballinus
Ketua KNPI Provinsi Jambi, M. Iqbal Linus saat diwawancarai awak media. Foto: instagram @iqballinus

JAMBI, AksesNews – Problematika batubara yang tak kunjung selesai menjadi pekerjaan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi semakin berat, konon informasinya segala kewanangan harus melalui keputusan pusat dan tak lagi menjadi wewenang daerah.

Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Jambi, M. Iqbal Linus melihat fenomena batubara yang terjadi di Jambi bukanlah masalah baru, akan tetapi pasang surutnya bisnis batubara menjadikan bisnis tersebut hilang tanpa solusi dan muncul lagi dengan masalah yang sama.

Batubara seakan menjadi rezeki yang tiba-tiba datang akan tetapi juga seakan menjadi bencana yang tiba-tiba datang. Batu bara di Jambi bukanlah hal baru bagi warga Provinsi Jambi, sejak tahun 2008 batubara sudah mulai beroperasi dan juga beberapa kali berubah peraturan dari yang awalnya diperbolehkan menggunakan mobil angkutan besar dengan tonase 30 ton menjadi 10 ton di tahun 2011.

Pada tahun 2013, batubara mengalami penurunan harga yang sangat drastis dan menjadikan beberapa pengusaha gulung tikar alias rugi dan menutup tambang-tambang mereka di Jambi. Akhir tahun 2017, batubara mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan dan membuat pengusaha batubara mulai untuk produksi batubara kembali sampai dengan tahun 2019, di mana harga batubara kembali jatuh dan beberapa pengusaha gulung tikar kembali.

Tahun 2020, dunia digemparkan dengan Pandemi Covid-19, hampir seluruh negara menutup perbatasan mereka dan merumahkan karyawan mereka. Batubara sebagai material utama pembakaran pembangkit listrik hampir seluruh negara mengalami goncangan, dikarenakan kebutuhan dan stok yang tidak seimbang, menjadikan batubara primadona bagi negara-negara yang menggunakan batu bara sebagai pembangkit utama tetapi tidak memliki batubara di negeri mereka sendiri.

Batu bara kembali melesat dengan sangat cepat pada awal tahun 2021, beberapa negara telah membuka pelabuhannya untuk menerima batu bara akan tetapi kebutuhan dan hasil produksi tidak seimbang. Pertengahan 2021, beberapa negara telah menyatakan bebas dari Covid-19 dan aktifitas wargapun berangsur normal, kebutuhan batubara semakin meningkat di seluruh penjuru dunia.

Awal tahun 2022, Rusia menyatakan perang terhadap Ukraina, negara-negara mulai memblokir segala jenis ekonomi dan politik ke Rusia. Harga minyak melambung tinggi dikarenakan hampir 70 persen kebutuhan energi di Eropa dipasok dari Rusia. Dengan melambungnya harga minyak, berdampak positif untuk harga batubara yang naik secara fantastis ke harga tertinggi sepanjang masa jika dibanding tahun 2010.

Rusia sebagai eksportir batubara terbesar ke-2 dunia, secara langsung tidak diperbolehkan untuk ekspor batubara serta isu akan diblokirnya sistem pembarayan mereka (swift code) menjadikan Rusia negara yang tidak bisa berbisnis dengan negara manapun. Dengan hilangnya Rusia sebagai eksportir batubara terbesar dunia, menjadikan batu bara semakin dibutuhkan di negara lain.

“Provinsi Jambi sebagai produsen batubara menjadi salah satu opsi pengusaha batubara untuk datang dan membuka tambang sebanyak-banyak dan sebesar-besarnya,” kata Iqbal, Selasa (20/09/2022) sore.

Menurutnya, problematika Jambi adalah jalur khusus batubara yang belum dimiliki, akan tetapi sudah mulai pekerjaan. Dari tambang ke pelabuhan membutuhkan kurang lebih 140 km, sangat jauh untuk pengiriman batu bara jikalau dibandingkan dengan Kalimantan atau daerah lainnya.

Produsen batubara kategori rendah atau low cv, menjadi idola bagi negara-negara seperti Vietnam, India maupun China. Jambi memiliki jarak yang lebih dekat dibanding Kalimantan untuk pengiriman ke negara mereka melalui jalur laut, itu pula yang menjadikan pengusaha dari luar negeri untuk investasi di Jambi.

“Mobil hauling di Jambi pada saat ini, diperkirakan kurang lebih 9.000 unit dan terus bertambah. Hal ini terjadi, karena kebutuhan produksi dan harus cepat dibawa ke Pelabuhan Talang Duku, Muaro Jambi,” sebutnya.

Masyarakat ada yang senang dan ada juga yang duka, tak sedikit batubara ini telah memakan korban hingga meninggal dunia. Pemerintah bergerak cepat dalam menanggulangi hal ini akan tetapi jalur khusus batubara tersebut baru akan dikerjakan dan kemungkinan akan memakan waktu dalam proses pengerjaannya.

Kemacetan terjadi di seluruh poros jalan dari Kabupaten Sarolangun hingga Kota Jambi, masyarakat yang hendak berpergianpun harus melewati macet tersebut, dulu bisa ditempuh hanya dengan 1 jam sekarang bisa sampai 4 jam.

“Pemerintah pusat harus lebih tegas bersama dengan Pemerintah Provinsi Jambi, agar masyarakat dapat menggunakan jalan tersebut sebagaimana sebelumnya,” kata Iqbal.

Jalur sungai menjadi salah satu opsi untuk mengurai kemacetan truk angkutan batubara yang sangat banyak, jikalau pemerintah pusat bisa memberikan ultimatum bahwa setengah dari produksi harus melalui jalur sungai mungkin akan sedikit banyak mengurai kemacetan batubara seperti saat ini.

Pengusaha lokal Jambi hanya segelintir saja yang melakukan pengiriman, kebanyakan pengusaha nasional yang mengendalikan. Jikalau saja pengusaha nasional tersebut mau berinvestasi secara besar untuk pengerukan sungai Batanghari, jalur sungai akan terbuka lebar sehingga kemacetan bisa dipulihkan dan minimalisir korban akibat dari batu bara tersebut.

Persaingan bisnis batubara yang kurang sehat di Jambi, menjadikan investor kurang tertarik untuk investasi besar jangka panjang. Sebagai produsen batubara kategori rendah pada saat harga batubara mengalami koreksi, batu bara dari Jambi yang akan terkena imbasnya terlebih dahulu dibanding dengan batubara kategori menengah dan tinggi.

Nilai trend positif batubara masih ada di level tinggi hingga saat ini, dikarenakan beberapa faktor seperti:
– Perang Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung
– Krisis gas Eropa yang menjadikan mereka beralih kembali ke batubara
– Krisis energi di India
– Banjir di Australia
– Sanksi ekonomi embargo Rusia
– Dan gelombang panas di China

Adapun harga tertinggi batu bara pada tanggal 16 September menyentuh di angka 473 $ ICE Newcastle dan 261 $ ICI. Harga tersebut adalah All time high atau tertinggi sampai saat ini.

Jambi harus menjadi provinsi yang ramah investasi, investasi yang bisa di lakukan investor sangat banyak, seperti pengerukan sungai, pembangunan pelabuhan batubara di Ujung Jabung yang dapat menggunakan conveyor langsung ke tengah laut.

Belum lagi terkait inflasi di Provinsi Jambi yang menjadi salah satu dampak dari kemacetan batubara, pasokan sayur mayur serta sembako dan lain-lainya mengalami keterlambatan dan juga beberapa busuk dan tidak bisa dikomsumsi.

“Kenaikan harga BBM menjadi mengkeruhkan persoalan batubara. Bagaimana tidak, para pengusaha jasa travel antar kabupaten/kota serta provinsi harus melewati macet batu bara yang membuang BBM serta waktu, mau tidak mau mereka harus menaikan harga tiket,” ungkapnya.

Provinsi Jambi menjadi idola investor-investor baru untuk berinvestasi, masyarakat Jambi menaruh besar harapan kepada Gubernur Jambi Al Haris untuk dapat bekerjasama dengan pemerintah pusat agar para investor dapat membantu mewujudkan jalur khusus batubara dan jalur sungai khusus batubara dapat terealisasikan dengan cepat dan mantap. (Bjs)