KALTENG, AksesNews – Serikat Perempuan Indonesia (SERUNI) bersisian dengan organisasi massa demokratis nasional dari berbagai klas dan sektor di Indonesia ambil bagian aktif mengkoordinasikan program tuntutan kaum perempuan dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional (HPI), 8 Maret 2025.
Secara nasional, SERUNI mengkoordinasikan aksi dan kampanye dalam berbagai bentuk di 17 Provinsi di Indonesia. Dalam momentum HPI tahun 2025 ini, SERUNI menjadikan Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah sebagai pusat koordinasi Aksi dan Kampanye nasionalnya.
Peringatan HPI 8 Maret 2025 adalah yang pertama di bawah pemerintahan boneka baru imperialis di Indonesia pimpinan Presiden Prabowo Subianto, yang dalam waktu hampir bersamaan negara dan kekuatan utama kaum imperialis, Amerika Serikat berada di bawah kepemimpinan Presiden Donald J Trump.
Presiden Prabowo Subianto adalah pewaris penindasan dan penghisapan terhadap kaum perempuan yang sebelumnya dijalankan oleh Presiden Jokowi. Presiden Prabowo juga telah menyiapkan paket kebijakan dan program Quick Win yang akan memperparah keadaan rakyat, khususnya kaum perempuan.
Helda Khasmy, Ketua Umum SERUNI menyampaikan, “Dalam lima tahun kedepan, kehidupan kaum perempuan akan diperparah dengan kebijakan dari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Salah satu program Quick Win yang paling menyedihkan adalah Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi anak sekolah. Program ini mendapat sambutan luas yang mencerminkan kemiskinan akut di Indonesia. Setelah 75 tahun merdeka, bangsa dan rakyat Indonesia masih berkutat dengan masalah kekurangan gizi, bahkan kelaparan karena ekstremnya kemiskinan dan pengangguran. Bantuan sosial seperti itu tidak sepadan dengan penderitaan yang akan dialami rakyat sepanjang 5 tahun kedepan di bawah Presiden Prabowo.”
Lebih ironis lagi, sambung Helda “Ribuan anak sekolah dari pusat kemiskinan ekstrem di Papua dengan penuh HARGA DIRI ambil bagian dalam demonstrasi menentang Program Makan Bergizi Gratis. Mereka meneriakan slogan dan membentangkan Poster tuntutan “KAMI BUTUH ISI OTAK BUKAN ISI PERUT.”
Sementara itu, perampasan kekayaan bangsa dan rakyat Indonesia secara terselubung dengan pembentukan Daya Anagata Nusantara (Danantara) sebuah badan pengelola investasi telah dimulai.
Danantara berada sepenuhnya di tangan kekuasaan bersama borjuasi besar komprador Indonesia dengan para Tuan Tanah Besar agar semakin leluasa terhubung dengan kapital milik imperialis dengan kedok meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam hal ini, Helda menjelaskan “Kaum perempuan dibiarkan menanggung penderitaan diri dan keluarga dengan kemampuan yang terbatas. Berbagai jenis kekerasan ekstrem yang selalu diiringi dengan kejahatan seksual, diskriminasi upah dengan pekerjaan sama, diskriminasi pekerjaan perempuan dengan laki-laki terus mengalami peningkatan. Kekerasan dan perceraian dalam keluarga karena masalah ekonomi terus meluas. Anak-anak putus sekolah dan pergi dari rumah menjadi korban berbagai kejahatan anti sosial, narkotika dan lainnya semakin umum ditemukan di pedesaan.”
SERUNI sebagai organisasi perempuan Demokratis Nasional di Indonesia yang percaya bahwa Indonesia masih berstatus negeri Setengah Jajahan dan Setengah Feodal yang dipelihara dan didominasi oleh imperialis mendesak dengan tegas kepada negara dan pemerintahan boneka Presiden Prabowo Subianto mendengar aspirasi pelajar Papua sebagai cerminan keseluruhan aspirasi bangsa dan rakyat Indonesia.
SERUNI percaya bahwa pembebasan bangsa dan rakyat Indonesia, termasuk di dalamnya pembebasan kaum perempuan, dari kemiskinan dan keterbelakangan yang kronis hanya bisa bersandar dengan kemampuan bangsa sendiri bila program Land Reform Sejati dan industri nasional tanpa kapital imperialis dijalankan.
Dalam momentum HPI 2025, Helda menyerukan “Bangsa dan rakyat Indonesia harus menentang Program Quick Win Presiden Prabowo agar tidak digunakan sebagai instrumen untuk memoderasi tuntutan dan harapan rakyat yang sesungguhnya. Program Quick Win hanyalah obat penahan rasa lapar dan pereda rasa sakit selama menunggu Indonesia Emas 2045 yang tidak akan pernah nyata!!” tegasnya. (Rls/*)