JAMBI, AksesNews – Sebagai upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di atas langit Jambi, Rabu (03/06/2020).
Selain di wilayah Jambi, modifikasi cuaca tersebut juga dilakukan di wilayah Sumatra Selatan (Sumsel). KLHK menebar sebanyak 1,6 ton garam (NaCl) untuk memicu hujan mencegah karhutla di dua wilayah tersebut.
Dalam keterangannya, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL), KLHK, Basar Manullang mengatakan, garam ditebar di sejumlah titik awan potensial yang terdapat di Jambi dan Sumsel.
“Jika dilihat dari jumlah hot spot dan kejadian karhutla di Sumatra Selatan dan Jambi memang sedikit, namun sebagai upaya antisipasi musim kemarau yang akan tiba, kami memindahkan pesawat Cassa C-212 ke Palembang,” jelasnya, Rabu (03/06/2020).
Sebelumnya, selama dua minggu terakhir di Riau, TMC melakukan panaburan garam sebanyak 12,8 ton dan berhasil menaikkan volume hujan sebanyak 44,1 juta m3.
Hasilnya, kenaikan volume hujan melalui TMC membuat gambut menjadi basah dan mengisi air di kanal-kanal, serta embung sehingga mengurangi potensi terjadinya karhutla.
“Pesawat Cassa C 212 TNI AU yang di gunakan untuk TMC di Riau dipindahkan ke Sumatra Selatan untuk melakukan upaya pencegahan karhutla lebih dini di Provinsi Sumatra Selatan dan Jambi,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (BPPIKHL) wilayah Sumatera, KLHK, Ferdian Krisnanto mengatakan, pihaknya tetap tergabung dalam Satgas Karhutla Provinsi Sumsel.
Pencegahan juga terus dilaksanakan di darat, KLHK bekerja sama dengan tim dari Manggala Agni, TNI, Polri, BPBD bersama instansi terkait lainnya. Hal tersebut tentunya dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan mencegah Covid-19.
“Potensi hujan masih ada, jadi kita lakukan TMC dengan melakukan penyemaian garam agar terjadi hujan dan lahan gambut tetap basah,” kata Ferdian di Posko Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca, Rabu (03/06/2020).
Berdasarkan catatan KLHK, data dari Satelit Terra/Aqua (NASA) Conf. Level ≥80% perbandingan total jumlah hot spot tahun 2019 dan 2020, sebanyak 826 titik. Pada periode yang sama tahun 2019 jumlah hot spot sebanyak 1.364 titik (terdapat penurunan jumlah hot spot sebanyak 538 titik/39,44 %).
SUMBER: KumparanNEWS