TANJABBAR, AksesJambi.com – Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi, memprediksikan jika puncak musim kemarau di Jambi akan terjadi pada bulan Juli hingga September 2020.
Terkait musim kemarau yang bakal terjadi nantinya tentu berdampak dengan kerawanan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Di Jambi sendiri, ada beberapa Kabupaten yang menjadi perhatian khusus terjadinya Karhutla, salah satunya Kabupaten Tanjung Jabung (Tanjab) Barat.
Kabupaten pesisir ini, merupakan daerah yang memiliki luasan lahan gambut, menjadi kabupaten yang rawan akan Karhutla selama ini di Provinsi Jambi.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Kapolres Tanjab Barat, AKBP Guntur Saputro menghimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran hutan dan lahan saat musim kemarau nantinya.
“Tidak lama lagi kita akan memasuki musim kemarau, antisipasi hal tersebut yang pertama kita sudah melaksanakan kegiatan koordinasi dengan berbagai pihak mulai dari perusahaan, BPBD dan desa,” ungkap Kapolres, Senin (29/06/2020).
Ia menyebutkan bahwa dalam pencegahan dan program kegiatan Karhutla nantinya, pihaknya memfokuskan pada tiga poin pertama kesiapan sumber daya manusia, kesiapan sarana dan prasarana diantara peralatan terkait dengan pencegahan dan pemadaman serta kesediaan air.
“Untuk tiga poin tersebut prasarana kemarin sudah kita gelar di Mapolres Tanjab Barat, digabungkan perlengkapan dari BPBD dan masyarakat,” ujarnya.
3 Daerah di Jambi Rawan Karhutla, Kemarau Diperkirakan hingga September
“Kita berharap orang yang mengawali benar-benar cakap dan terampil serta mampu memprosonalkan, kemudian dari kesediaan air sudah kita lakukan pendataan pengecekan langsung titik yang diduga potensi terjadinya kebakaran. Apakah kesediaan airnya ada dan cukup serta bisa digunakan di musim kemarau seperti embung parit sebagai lokasi penyediaan air untuk melakukan pemadaman,” sebutnya.
Dalam pencegahan Karhutla ini, Kapolres mengatakan bukan hanya perannya dari pemerintah maupun perusahaan saja, namun dari desa terutama masyarakat bisa sadar dan peduli apa bila terjadinya Karhutla.
“Tapi kita berharap mencegah semaksimal mungkin, termasuk kemarin kita melaksanakan kegiatan program polisi sambang desa titik sasaran nya adalah titik yang rawan kebakaran hutan dan lahan. Kita berharap semuanya ikut mencegah apabila melihat atau menemukan potensi terjadinya kebakaran atau musim kemarau nanti mereka aktif Patroli,” harapnya.
Sementara itu, Kepala BPBD Tanjab Barat, Zulfikri menyebutkan bahwa di Kabupaten Tanjab Barat sendiri ada 7 Kecamatan yang rawan akan Bencana Karhutla yakni, Kecamatan Betara, Kuala Betara, Bram Itam, Pengabuan, Senyerang, Tebing Tinggi dan Batang Asam.
“Di Kecamatan Betara ada 8 desa, Kuala Betara 2 desa, Bram Itam 2 desa, Pengabuan 4 desa, senyerang 3 desa, Tebingtinggi 3 desa dan Batang Asam 7 desa,” kata Zulkifli.
Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa, 7 Kecamatan ini merupakan wilayah yang selama ini berpotensi terjadi Karhutla.
“Wilayah kita ini merupakan lahan gambut yang sangat mudah terbakar, buktinya pada tahun 2019 lalu ada 88 kejadian dengan lahan yang terbakar mencapai 570 hektar,” pungkasnya. (Dika)