JAMBI, AksesNews – Komunitas merupakan bagian penting untuk pengembangan suatu destinasi, terlebih destinasi yang mengandalkan atraksi alam. Mereka lahir dan tumbuh bersama dengan atraksi yang mengalami pasang surut sesuai dengan perkembangan atraksi itu sendiri.
Komunitas di Danau Sipin yang teramati adalah penduduk bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang terikat dengan Danau Sipin. Kehidupan mereka bersama dengan sejarah danau itu sendiri, menggunakannya sebagai sarana transportasi, penangkapan ikan, bahkan menggunakan sebagai sumber air bersih.
Disana mereka memasang keramba ikan dan pompon berharap akan mendapatkan ikan yang nilai ekonominya sangat rendah, lebih bersifat sejarah. Tulisan dini dimaksudkan sebagai bagian dari eksplorasi pemahaman komunitas danau untuk kunci masuk intervensi yang akan dilakukan oleh Hanha Industri dari Korea.
Kebijakan Berkelanjutan
Menjadikan Danau Sipin sebagai destinasi yang baik tampak pada era pemerintahan Wali Kota Jambi sebelumnya. Berbagai atraksi misalnya, Jetski, Ketinting, lomba perahu telah diinisiasi untuk menjadikan Danau Sipin sebagai atraksi menarik.
Tidak hanya sebagai destinasi mendayung bebek dan mengelilingi danau dengan perahu motor saja.
Untuk membenahi atraksi di danau, kota Jambi memulainya dengan mengkompensasi pemindahan Jaring, keramba dan tangkul yang berada di danau, besaran uang bervariasi 10-15 juta rupiah. Namun, kompensasi ini tidak diikuti oleh perjanjian bahwa penerima tidak akan menempatkan Tangkul dan jaring lagi di wilayah danau.
Akibatnya, dalam sesi pergantian Wali Kota, penerima yang awalnya telah menerima bantuan, sekarang mulai memasangnya lagi karena tidak membuat surat perjanjian. Hingga akhir Agustus 2024 diketahui sekitar 25 keramba terpasang lagi.
Praktik seperti itu tak akan terjadi kalau saja penerima manfaat (Beneficiaries) terlibat dalam tujuan proyek misalnya mereka terlibat dalam pembersihan lokasi sehingga menerima penghasilan sedikit menopang hidupnya.
Penerimaan dari pemasaran tangkul (jaring angkat) lebih kepada sejarah mereka, menganggap sebagai kebiasaan yang tak terpisahkan untuk memperoleh sedikit ikan-ikan endemik dari danau. Kalau untuk dijual tidak memberikan penghasilan apa-apa.
Kejelasan hak dan kewajiban antara penerima manfaat dan yang mengintervensi hendaklah dipahami oleh semua pihak. Mengingat para pihak yang terlibat bersifat multi maka fokus tujuan intervensi adalah mutlak. Fokus tak dapat terpisahkan dari destinasi air yang layak, bebas dari kandungan racun dan sampah yang mengancam.
Komunitas
Komunitas yang paling terkait adalah Pokdarwis dan kelompok masyarakat. Pokdarwis aktivitasnya sudah mapan karena dibentuk oleh pemerintah Dinas Pertanian, Perikanan, Lingkungan Hidup, Pariwisata hingga Badan Wilayah Sungai Sumatera VI.
Dari hasil bincang dengan Dinas Pariwisata Kota Jambi pernah diinisiasi ada satu badan, bersifat informal untuk berkoordinasi satu dengan yang lain agar masing-masing peran dapat efektif.
Badan ini diketuai tak aktif lagi, padahal tantangan pengelolaan sangat berat. Danau Sipin menjadi salah satu destinasi wisata di perkotaan berfungsi jamak, contohnya sebagai tempat hiburan, olahraga, konservasi, dan sumber pendapatan UMKM.
Dari hasil diskusi dengan akar rumput, Pokdarwis mengetahui masalah yang mereka hadapi meliputi pendangkalan permukaan danau, tumpukan sampah, lemahnya kolaborasi antara pihak, dan pelibatan Pokdarwis dan masyarakat sebagai pihak penerima manfaat.
Pendangkalan diperparah oleh timbunan sampah yang bersumber dari tiga sungai. Pengunjung kuatir bahwa air danau telah tercemar.
Diskusi Pokdarwis, Jhon Herman & Husen Tentukan Prioritas Intervensi
Artinya deposit air danau berkurang karena timbunan sampah ditambah lagi dengan kondisi khusus danau. Pada kondisi kering air danau justru mengalir ke sungai Batanghari, di pintu outflow Kampung Lego. Tak heran kalau bapak Jhon Herman, pengelola pulau kembang, mengisyaratkan pembangunan pintu air yang berfungsi mengatur ketinggian permukaan danau di kala banjir dan kering.
Fokus dan Diversifikasi Atraksi
Penetapan Danau Sipin sebagai destinasi air adalah langkah awal untuk semua pihak, sehingga fokus ini akan menempatkan pihak memfungsikan tugas masing-masing.
Masalah sampah seharusnya sudah teratasi dengan cara merekrut penduduk sekitar untuk membersihkan sampah. Atau alternatif lain, menyiapkan bak sampah bergerak yang dapat diangkut oleh dinas kebersihan. Namun yang lebih penting adalah diversifikasi atraksi harus dibuat.
Tempat latihan mendayung, panjat tebing, bersampan harus ditambahkan dengan atraksi buatan lainnya. Di awal intervensi kota Jambi telah didapat atraksi tempat bermain Jet Ski dan wahana air lainnya namun sekarang hal ini tak dapat lagi dilakukan.
Melengkapi fokus adalah monitoring. Monitoring mutlak dikerjakan untuk mengetahui keberfungsian para pihak dan pelaporan kepada orang kunci (key-person) agar bisa diambil tindakan segera yang relevan yang menjadikan Danau Sipin sebagai destinasi di kota Jambi. (Rls/*)