JAMBI, AksesNews – Universitas Jambi (UNJA) berencana akan melebur 6 fakultas yang ada di Kampus Orange tersebut. Kabar itu pun sudah sampai ke telinga sejumlah mahasiswa, dan menuai protes dari mahasiswa di kampus itu sendiri.
Keenam fakultas tersebut, antara lain Fakultas Ilmu Bidaya (FIB), Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Teknologi Pertanian (FTP), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol).
FIB dan FIK akan dilebur ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan (FKIP), sedangkan FT ke Fakultas Saintek. Lalu FTP ke Fakultas Pertanian, FKM ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan serta Fisipol ke Fakultas Hukum.
Wacana itu akan dikeluarkan melalui keputusan Rektor Universitas Jambi. Sejumlah mahasiswa menilai, kebijakan tersebut dianggap akan merugikan mahasiswa.
Seperti yang diungkapkan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNJA, Reza Multholib, bahwa dirinya sangat tidak setuju dengan adanya peleburan 6 Fakultas tersebut, karena ia menilai, akibat dari kebijakan ini nantinya akan banyak kerugian yang bakal ditanggung oleh mahasiswa.
Pertama yang akan dirasakan mahasiswa, menurut Reza adalah ketidaknyamanan dalam perkuliahan apabila dipindahkan dari kampus UNJA di Mendalo ke Kampus Buluran.
Karena dengan jumlah mahasiswa FKM yang tidak sedikit, Reza khawatir jika dipindahkan ke kampus UNJA yang di Buluran akan terjadi over kapasitas, jika disatukan kembali bersama mahasiswa Kesehatan Masyarakat (Kesmas).
“Kemudian kerugian kedua yang kami rasakan nantinya adalah pada sistem administrasi kampus yang kami rasa saat ini, sudah sangat baik di bandingkan di beberapa fakultas di UNJA,” sebutnya.
Bukan hanya itu, beberapa organisasi yang telah dibentuk mahasiswa akan hancur. Maka dari itu, dirinya mewakili suara rekan-rekan menyatakan tidak setuju atas adanya keputusan tersebut.
“Tak apa lah, walaupun fakultas kami hanya diakui oleh Surat Keputusan (SK) Rektor, yang penting pengalaman pahit yang pernah dirasakan senior terdahulu tidak terjadi ataupun terulang kembali. Tak ada yang boleh merebut, merobek rasa kenyamanan kami,” tambah Reza, Minggu (19/04/2020).
Dirinya berharap, semoga Petinggi Fakultas di UNJA dalam rapat Senat nanti tidak ada yang menyetujui hal tersebut, karena keputusan tersebut dapat berakibat buruk bagi mahasiswa yang fakultasnya akan dileburkan.
“Namun apabila hasil rapat Senat Universitas tidak sesuai yang kita harapkan maka pergerakan mahasiswa lah yang akan mendobrak hal itu,” ungkapnya.
Tak hanya Reza, Mahasiswa FIB UNJA, M. Indra Santoso juga merasa keberatan atas wacana peleburan beberapa fakultas, termasuk FIB yang direncanakan lebur ke Fakultas Kegururua Ilmu Pengetahuan (FKIP), yang dianggap tidak sesuai tempatnya. Selain itu, menurutnya FIB UNJA adalah satu-satunya Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang ada di Jambi.
“Kami sudah banyak mencoba mengangkat sejarah, seni maupun budaya yang ada di Jambi sesuai dengan kajian kami. Seharusnya dipertahankan, bukan malah dihapuskan, kalau FIB tidak ada lagi, kami kehilangan wadah untuk belajar. Maka tidak sesuai dengan basis keilmuan, toh untuk lulusan atau gelar juga bisa berubah, kan tidak lucu lulusan Arkeologi tapi keluaran dari FKIP,” jelasnya.
M. Indra menerangkan, bagaimanapun peleburan fakultas itu jadi satu birokrasi, akan bisa lebih baik dan bisa jadi lebih buruk. Dia menilai, dari nama fakultas aja sudah berbeda, FKIP yang notabenenya pendidikan, sementara FIB non pendidikan. Menurutnya FIB adalah ilmu murni.
Sementara itu, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Jambi, Ardy Irawan, memprediksikan, perubahan tetap akan terjadi. Namun, dirinya berharap keputusan yang diambil tak mempersulit mahasiswa.
“Pada dasarnya, apapun keputusan Rektor, seharusnya membawa dampak kemudahan bagi mahasiswa. Saat ini kita sedang melakukan analisis terlebih dahulu terhadap perubahan tersebut,” singkatnya.
Menanggapi hal tersebut, Rektor Universitas Jambi, Prof. Sutrisno, saat dikonfirmasi, membenarkan ada wacana peleburan beberapa fakultas di kampus yang ia pimpin. Dirinya mengungkapkan, bahwa wacana tersebut masih akan dibawa dalam sebuah rapat pimpinan.
“Keputusan rektor ini masih akan dibahas di rapat pimpinan, kemudian lebih lanjut ke rapat senat,” kata Prof. Sutrisno, Senin (20/04/2020).
Terkait tanggapan beberapa mahasiswa yang tidak setuju dengan wacana keputusan tersebut, dirinya mengatakan, bahwa kekecewaan mahasiswa sangat dimaklumi. Namun, hal ini tidak cukup jika hanya disikapi dengan kekecewaan saja.
“FKM bila lulus yang menandatangani ijazah adalah Dekan FKIK, Fakultas Ilmu Budaya yang menandatangani ijazah bila lulus adalah Dekan FKIP. Nah, tidak mungkin menduduki dekan tidak dibayar dan tidak dibolehkan menggunakan fasilitas negara, misalnya mobil dinas dan lain lain,” paparnya.
Dia menambahkan, kepindahan fakultas tidak mempengaruhi capaian pembelajaran dari program studi yang diambil. Semua program study akan tetap sesuai dengan kurikulum yang telah disusun. Justru, Rektor UNJA menilai, yang harus dikejar adalah pemenuhan penyelenggaraan pendidikan yang terstandar, sesuai dengan Undang-undang.
“Tetap semangat untuk kuliah sesuai standar, lulus dengan baik, dan mendapatkan pekerjaan sesuai yang diharapkan. Perlu dipikirkan akses apa saja yang dapat menjadi hambatan untuk berkomunikasi dengan dekanat, dan hambatan apa saja yang harus diatasi,” tutupnya.
Artikel ini sebelumnya telah tayang di patriotik.co, dengan judul: Mahasiswa Protes Peleburan 6 Fakultas di Universitas Jambi